Generasi Z — mereka yang lahir di era akhir 1990-an hingga awal 2010-an — dikenal sebagai generasi paling akrab dengan dunia digital. Media sosial, platform streaming, game online, hingga forum interaktif menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Namun, di balik kedekatan itu, ada konsekuensi besar yang jarang disadari: pola tidur Generasi Z kini banyak dipengaruhi, bahkan diatur oleh tren digital.
1. FOMO: Penyebab Utama Begadang Digital
Salah satu alasan utama pola tidur generasi ini terganggu adalah FOMO (Fear of Missing Out). Mereka tidak ingin ketinggalan tren terbaru, entah itu video viral TikTok, thread panjang di Twitter, atau live streaming idola.
Ketika notifikasi berdatangan, dorongan untuk tetap terhubung membuat mereka memilih begadang. Akibatnya, jam tidur semakin mundur, sementara energi yang terkuras harus diganti dengan kopi, minuman energi, atau sekadar tidur siang singkat.
2. Timeline Tak Pernah Tidur
Berbeda dengan media konvensional, timeline media sosial tidak mengenal jam istirahat. Algoritma terus bekerja 24 jam penuh, menampilkan konten baru setiap saat. Generasi Z yang terbiasa scrolling sebelum tidur akhirnya terjebak dalam infinite scroll, tanpa sadar menghabiskan waktu berjam-jam.
Fenomena ini menciptakan kebiasaan baru: “bedtime scrolling”, di mana ponsel menjadi teman terakhir sebelum mata benar-benar terpejam. Masalahnya, paparan cahaya biru layar juga menekan produksi melatonin, hormon yang membantu tidur, sehingga kualitas tidur semakin menurun.
3. Tren Streaming dan Gaming
Bukan hanya media sosial, platform streaming dan gim online turut berperan. Generasi Z dikenal sebagai penonton setia drama Korea, anime, atau serial Netflix yang bisa mereka maraton semalaman. Sementara di sisi lain, komunitas gaming menghadirkan tren kompetisi yang sering dilakukan di malam hari, bahkan hingga dini hari.
Di sini, tren digital berfungsi seperti “agenda tak resmi” yang mengatur kapan mereka aktif dan kapan mereka tidur. Bahkan istilah seperti slot gacor hari ini di dunia gim atau hiburan daring juga menunjukkan bagaimana dunia online kerap menawarkan momen terbaik di waktu-waktu tak lazim — justru ketika kebanyakan orang lain sudah beristirahat.
4. Validasi Sosial Mengalahkan Istirahat
Bagi Generasi Z, validasi sosial sangat penting. Postingan foto, komentar, atau konten yang mereka bagikan sering dipantau terus-menerus, termasuk jumlah like, views, atau reaksi. Kecemasan sosial ini mendorong mereka untuk tetap online, meski tubuh sudah butuh istirahat.
Bahkan, ada yang sengaja menunggu jam tertentu untuk mengunggah konten karena “prime time” audiens dianggap bisa meningkatkan engagement. Akibatnya, pola tidur menjadi semakin fleksibel — atau lebih tepatnya, semakin berantakan.
5. Dampak Jangka Panjang
Gangguan tidur bukan masalah sepele. Banyak studi menunjukkan bahwa kurang tidur dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental: dari penurunan konsentrasi, daya ingat, hingga meningkatnya risiko stres dan depresi.
Generasi Z yang terlalu sering begadang demi tren digital berpotensi menghadapi burnout lebih cepat, terutama ketika kewajiban dunia nyata (sekolah, kuliah, pekerjaan) menuntut mereka tetap bangun pagi.
6. Bagaimana Menghadapinya?
Meskipun sulit memutus hubungan dengan tren digital, ada beberapa cara yang bisa membantu Generasi Z menjaga keseimbangan:
-
Membatasi screen time sebelum tidur dengan alarm digital.
-
Membiasakan rutinitas malam seperti membaca buku fisik atau mendengarkan musik tenang.
-
Menggunakan mode malam pada gadget untuk mengurangi paparan cahaya biru.
-
Membuat jadwal tidur konsisten, bahkan di akhir pekan.
Dengan langkah-langkah ini, tren digital bisa tetap diikuti tanpa harus mengorbankan kualitas tidur secara ekstrem.
